Kelas 10...
Saat aku duduk di kelas Bahasa Inggris, aku menatap seorang cewek di sebelahku. Ia adalah teman baikku. Aku menatap rambutnya yang panjang, halus, dan berharap ia milikku. Tetapi ia tidak berpikir sama sepertiku, dan aku tahu itu. Setelah sekolah usai, ia berjalan ke arahku dan menanyakan catatannya yang ketinggalan kemarin.
I Aku memberikannya padanya. Ia berkata 'terima kasih' dan memberikan ciuman di pipiku. Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin ia tahu bahwa aku tidak ingin hanya menjadi temannya, aku mencintainya tetapi aku terlalu malu... aku tidak tahu mengapa. Kelas 11...
Telepon berbunyi. Di sisi lain telepon, itu adalah dirinya. Ia menangis, bergumam terus menerus mengenai bagaimana kekasihnya membuat dirinya patah hati. Ia memintaku untuk datang karena ia tidak ingin sendiri, akupun juga begitu. Saat aku duduk di sebelahnya, aku menatap matanya yang lembut, berharap ia milikku. Ia melihatku, mengatakan 'terima kasih' dan memberikan ciuman di pipiku. Aku ingin mengatakannya, aku ingin ia tahu bahwa aku tidak ingin hanya menjadi temannya, aku mencintainya tetapi aku terlalu malu... aku tidak tahu mengapa.
Tahun kedua...
Sehari sebelum festival dansa di universitas, ia berjalan ke locker ku. "Pacarku sakit" katanya, "ia tidak akan datang". Well, aku tidak punya kekasih, dan saat di kelas 7, kita membuat perjanjian bahwa jika tidak ada salah satupun dari kita yang punya pacar, kita akan pergi bersama sebagai teman baik. Dan kitapun melakukannya. Malam itu, setelah semuanya selesai, aku berdiri di depan pintu nya. Aku menatapnya saat ia tersenyum padaku dan menatapku dengan matanya yang bening. Ia berkata "Aku mengalami hari yang menyenangkan, terima kasih" dan memberikan ciuman di pipiku. Aku ingin mengatakan padanya, aku ingin ia tahu bahwa aku tidak ingin hanya menjadi teman, aku mencintainya namun aku terlalu malu... Aku tidak tahu mengapa.
Sehari berlalu, kemudian seminggu, kemudian sebulan ...dan lebih banyak waktu berlalu.